May 2012

AGAMA DAN MASYARAKAT


AGAMA DAN MASYARAKAT

Masyarakat adalah suatu sistem sosial yang menghasilkan kebudayaan (Soerjono Soekanto, 1983). Sedangkan agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Sedangkan Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 5,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu, dan 3,4% kepercayaan lainnya.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.
Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan. Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia.
Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.
Berdasarkan Penjelasan Atas Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)”.
  
a.        Islam : Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dengan 88% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Masuknya agama islam ke Indonesia melalui perdagangan.
b.       Hindu : Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan Majapahit.
c.       Budha : Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad keenam masehi. Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu.
d.      Kristen Katolik : Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ketujuh di Sumatera Utara. Dan pada abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah.
e.       Kristen Protestan : Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mengutuk paham Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia. Agama ini berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eopa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda.
f.       Konghucu : Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual.

B. Fungsi-Fungsi Agama
Agama bukanlah suatu entitas independen yang berdiri sendiri. Agama terdiri dari berbagai dimensi yang merupakan satu kesatuan. Masing-masingnya tidak dapat berdiri tanpa yang lain. seorang ilmuwan barat menguraikan agama ke dalam lima dimensi komitmen. Seseorang kemudian dapat diklasifikasikan menjadi seorang penganut agama tertentu dengan adanya perilaku dan keyakinan yang merupakan wujud komitmennya. Ketidakutuhan seseorang dalam menjalankan lima dimensi komitmen ini menjadikannya religiusitasnya tidak dapat diakui secara utuh. Kelimanya terdiri dari perbuatan, perkataan, keyakinan, dan sikap yang melambangkan (lambang=simbol) kepatuhan (=komitmen) pada ajaran agama. Agama mengajarkan tentang apa yang benar dan yang salah, serta apa yang baik dan yang buruk.
Agama berasal dari Supra Ultimate Being, bukan dari kebudayaan yang diciptakan oleh seorang atau sejumlah orang. Agama yang benar tidak dirumuskan oleh manusia. Manusia hanya dapat merumuskan kebajikan atau kebijakan, bukan kebenaran. Kebenaran hanyalah berasal dari yang benar yang mengetahui segala sesuatu yang tercipta, yaitu Sang Pencipta itu sendiri. Dan apa yang ada dalam agama selalu berujung pada tujuan yang ideal. Ajaran agama berhulu pada kebenaran dan bermuara pada keselamatan. Ajaran yang ada dalam agama memuat berbagai hal yang harus dilakukan oleh manusia dan tentang hal-hal yang harus dihindarkan. Kepatuhan pada ajaran agama ini akan menghasilkan kondisi ideal.
Mengapa ada yang Takut pada Agama?
Mereka yang sekuler berusaha untuk memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Mereka yang marxis sama sekali melarang agama. Mengapa mereka melakukan hal-hal tersebut? Kemungkinan besarnya adalah karena kebanyakan dari mereka sama sekali kehilangan petunjuk tentang tuntunan apa yang datang dari Tuhan. Entah mereka dibutakan oleh minimnya informasi yang mereka dapatkan, atau mereka memang menutup diri dari segala hal yang berhubungan dengan Tuhan.
Alasan yang seringkali mereka kemukakan adalah agama memicu perbedaan. Perbedaan tersebut menimbulkan konflik. Mereka memiliki orientasi yang terlalu besar pada pemenuhan kebutuhan untuk bersenang-senang, sehingga mereka tidak mau mematuhi ajaran agama yang melarang mereka melakukan hal yang menurutnya menghalangi kesenangan mereka, dan mereka merasionalisasikan perbuatan irasional mereka itu dengan justifikasi sosial-intelektual. Mereka menganggap segi intelektual ataupun sosial memiliki nilai keberhargaan yang lebih. Akibatnya, mereka menutup indera penangkap informasi yang mereka miliki dan hanya mengandalkan intelektualitas yang serba terbatas.
Mereka memahami dunia dalam batas rasio saja. Logika yang mereka miliki begitu terbatasnya, hingga abstraksi realita yang bersifat supra-rasional tidak mereka akui. Dan hasilnya, mereka terpenjara dalam realitas yang serba empiri. Semua harus terukur dan terhitung. Walaupun mereka sampai sekarang masih belum memahami banyaknya fungsi alam yang bekerja dalam mekanisme supra rasional, keterbatasan kerangka berpikir yang mereka miliki menegasikan semua hal yang tidak dapat ditangkap secara inderawi.
Padahal, pembatasan diri dalam realita yang hanya bersifat empiri hanya akan membatasi potensi manusia itu sendiri. Dan hal ini menegasikan tujuan hidup yang selama ini diagungkan para penganut realita rasio-saja, yaitu aktualisasi diri dan segala potensinya.
Agama, dengan sandaran yang kuat pada realitas supra rasional, membebaskan manusia untuk mengambil segala hal yang terbaik yang dapat dihasilkannya dalam hidup. Semua-apakah hal itu bersifat empiri-terukur, maupun yang belum dapat diukur. Empirisme bukanlah suatu hal yang ditolak agama. Agama yang benar, yang bersifat universal, mencakup segi intelektual yang luas, yang diantaranya adalah empirisme. Agama tidak mereduksi intelektualitas manusia dengan membatasi kuantitas maupun kualitas suatu idea. Agama yang benar, memberi petunjuk pada manusia tentang bagaimana potensi manusia dapat dikembangkan dengan sebesar-besarnya. Dan sejarah telah membuktikan hal tersebut.
Kesalahan yang dibuat para penilai agama-lah yang kemudian menyebabkan realita ajaran ideal ini menjadi terlihat buruk. Beberapa peristiwa sejarah yang menonjol mereka identikan sebagai kesalahan karena agama. Karena keyakinan pada ajaran agama. Padahal, kerusakan yang ditimbulkan adalah justru karena jauhnya orang dari ajaran agama. Kerusakan itu timbul saat agama-yang mengajarkan kemuliaan- disalahgunakan oleh manusia pelaksananya untuk mencapai tujuan yang terlepas dari ajaran agama itu sendiri, terlepas dari pelaksanaan keseluruhan dimensinya.

C. Pelembagaan Agama
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan agama? Kami mengurapamakan sebagai sebuah telepon. Jika manusia adalah suatu pesawat telepon, maka agama adalah media perantara seperti kabel telepon untuk dapat menghubungkan pesawat telepon kita dengan Telkom atau dalam hal ini Tuhan. Lembaga agama adalah suatu organisasi, yang disahkan oleh pemerintah dan berjalan menurut keyakinan yang dianut oleh masing-masing agama. Penduduk Indonesia pada umumnya telah menjadi penganut formal salah satu dari lima agama resmi yang diakui pemerintah. Lembaga-lembaga keagamaan patut bersyukur atas kenyataan itu. Namun nampaknya belum bisa berbangga. Perpindahan penganut agama suku ke salah satu agama resmi itu banyak yang tidak murni.
Sejarah mencatat bahwa tidak jarang terjadi peralihan sebab terpaksa. Pemaksaan terjadi melalui “perselingkuhan” antara lembaga agama dengan lembaga kekuasaan. Keduanya mempunyai kepentingan. Pemerintah butuh ketentraman sedangkan lembaga agama membutuhkan penganut atau pengikut. Kerjasama (atau lebih tepat disebut saling memanfaatkan) itu terjadi sejak dahulu kala. Para penyiar agama sering membonceng pada suatu kekuasaan (kebetulan menjadi penganut agama tersebut) yang mengadakan invansi ke daerah lain. Penduduk daerah atau negara yang baru ditaklukkan itu dipaksa (suka atau tidak suka) menjadi penganut agama penguasa baru.
Kasus-kasus itu tidak hanya terjadi di Indonesia atau Asia dan Afrika pada umumnya tetapi juga terjadi di Eropa pada saat agama monoteis mulai diperkenalkan. Di Indonesia “tradisi” saling memanfaatkan berlanjut pada zaman orde Baru.Pemerintah orde baru tidak mengenal penganut di luar lima agama resmi. Inilah pemaksaan tahap kedua. Penganut di luar lima agama resmi, termasuk penganut agama suku, terpaksa memilih salah satu dari lima agama resmi versi pemerintah. Namun ternyata masalah belum selesai. Kenyataannya banyak orang yang menjadi penganut suatu agama tetapi hanya sebagai formalitas belaka. Dampak keadaan demikian terhadap kehidupan keberagaan di Indonesia sangat besar. Para penganut yang formalitas itu, dalam kehidupan kesehariannya lebih banyak mempraktekkan ajaran agam suku, yang dianut sebelumnya, daripada agama barunya. Pra rohaniwan agama monoteis, umumnya mempunyai sikap bersebrangan dengan prak keagamaan demikian. Lagi pula pengangut agama suku umumnya telah dicap sebagai kekafiran. Berbagai cara telah dilakukan supaya praktek agama suku ditinggalkan, misalnya pemberlakukan siasat/disiplin gerejawi. Namun nampaknya tidak terlalu efektif. Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya semakin berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di mana-mana terutama di desadesa.
Demi pariwisata yang mendatangkan banyak uang bagi para pelaku pariwisata, maka upacarav-upacara adat yang notabene adalah upacara agama suku mulai dihidupkan di daerah-daerah. Upacara-upacara agama sukuyang selama ini ditekan dan dimarjinalisasikan tumbuh sangat subur bagaikan tumbuhan yang mendapat siraman air dan pupuk yang segar. Anehnya sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di kampung yang menyambut angin segar itu dengan antusias tetapi ternyata orang yang lama tinggal di kotapun menyambutnya dengan semangat membara. Bahkan di kota-kotapun sering ditemukan praktek hidup yang sebenarnya berakar dalam agama suku. Misalnya pemilihan hari-hari tertentu yang diklaim sebagai hari baik untuk melaksanakan suatu upacara. Hal ini semakin menarik sebab mereka itu pada umumnya merupakan pemeluk yang “ fanatik” dari salah satu agama monoteis bahkan pejabat atau pimpinan agama.

Kesimpulan
Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama yang meliputi penulisan sejarah dan figur nabi dalam mengubah kehidupan sosial, argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang Tuhan dan kesadaran akan maut menimbulkan relegi, dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai pada pengalaman agamanya para tasauf.
Bukti di atas sampai pada pendapat bahwa agama merupakan tempat mencari makna hidup yang final dan ultimate. Kemudian, pada urutannya agama yang diyakininya merupakan sumber motivasi tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali kepada konsep hubungan agama dengan masyarakat, di mana pengalaman keagamaan akan terefleksikan pada tindakan sosial, dan individu dengan masyarakat seharusnyalah tidak bersifat antagonis.

PENYEBAB DEMAM BERDARAH


Penyebab
·         Demam Berdarah
Demam berdarah disebabkan oleh virus Dengue, itulah sebabnya penyakit ini disebut juga dengan Demam Berdarah Dengue yang disingkat menjadi DBD. Ada 4 jenis virus Demam Berdarah, itulah sebabnya pada beberapa kasus penderita demam berdarah yang satu menunjukkan gejala yang berbeda dengan penderita Demam berdarah lainnya. Penyakit ini menular dari satu penderita ke penderita lainnya melalui nyamuk aedes aegypti. Nyamuk ini biasa menggigit pada siang hari. Nyamuk yang mengisap darah dari penderita DBD kemudian menggigit orang lain yang sehat membuat virus yang ada berpindah ke orang yang sehat dan akan menyebabkan orang tersebut menderita Demam Berdarah.
Bagian yang Diserang
·         Demam Berdarah
Virus demam berdarah menyebabkan terjadinya pendarahan pada organ tubuh penderitanya. Bintik merah yang biasa muncul pada penderita menunjukkan adanya pendarahan dalam tubuhnya. Jika sudah parah, pendarahan dapat terjadi pada organ-organ penting yang dapat menyebabkan kematian.
Gejala
·         Demam Berdarah
Pada penderita demam berdarah, gejala-gejala yang biasa ditemui adalah:
·         Panas tinggi, umumnya > 38 derajat Celcius.
·         Badan pegal-pegal atau nyeri otot, sakit kepala, menggigil, buang-buang air atau muntah.
·         Muncul bintik-bintik merah. Gejala ini mungkin tidak muncul jika demam yang dialami baru sebentar. Cara melihat bintik merah ini dengan tes tourniquet yaitu dengan menjepit pembuluh darah mirip seperti saat Anda hendak memeriksa tekanan darah. Setelah tahap ini, biasanya bintik merah akan terlihat.
·         Setelah hari ketiga, biasanya demam akan turun dan penderita mungkin merasa sudah sembuh tetapi setelah itu demam dapat menyerang kembali. Pada masa ini sebaiknya berhati-hati agar tidak menganggap sudah sembuh dan tidak menjaga kesehatannya.
Pemeriksaan
Cara paling tepat untuk mengetahui apakah seseorang menderita demam berdarah atau tifus adalah dengan melakukan pemeriksaan. Berkonsultasi dengan dokter dan biasanya untuk memastikan, dokter akan meminta untuk melakukan pemeriksaan darah. Dengan mengambil darah penderita bisa diketahui secara pasti penyakit apa yang diderita.
·         Demam Berdarah
Pada pasien demam berdarah, pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa jumlah trombosit. Jika trombosit menurun, biasanya < 100.000/ul, seseorang akan didiagnosis mengalami demam berdarah. Tetapi, jika demam baru satu hari belum bisa diketahui karena jumlah trombosit yang masih normal. Pada kasus seperti ini, Anda dapat berkunjung kembali ke dokter untuk memeriksa jumlah trombosit jika masih mengalami demam. Pada pemeriksaan yang lebih canggih, dapat diketahui apakah darah mengandung virus dengue atau tidak. Jadi, jika jumlah trombosit masih normal tetapi pada darah positif mengandung virus dengue berarti Anda mengalami demam berdarah.
Pengobatan
·         Demam Berdarah
Tidak ada obat khusus untuk mengobati penderita demam berdarah karena tidak ada vaksin untuk membunuh virus dengue. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga agar penderita tidak mengalami dehidrasi. Jika penderita tidak dapat makan dengan baik, mengalami diare atau muntah, ada baiknya penderita dirawat di rumah sakit agar dapat dibantu dengan infus sehingga daya tahan penderita lebih kuat. Pada penderita demam berdarah tidak ada pantangan makanan.
  Cara Pencegahan
·         Demam Berdarah
Seperti yang sering didengungkan, untuk mencegah, khususnya mecegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti yang merupakan sarana penularan demam berdarah adalah dengan melakukan gerakan 3 M. Yang dimaksud gerakan 3 M adalah Menguras bak mandi minimal 1 minggu sekali, menutup tempat penampungan air, dan mengubur barang-barang bekas yang tidak terpakai yang berpotensi menjadi tempat genangan air hujan.

INFEKSI NOSOKOMIAL


INFEKSI NOSOKOMIAL

DEFENISI
ü  Infeksi adalah suatu proses peradangan organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai  suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik (Utama, 2006).
ü  Infeksi yang terjadi  di rumah sakit dan menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses   seseorang itu dirawat atau selesai dirawat disebut infeksi nosokomial.
ü  Infeksi  nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang bersumber dari  lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Rumah sakit merupakan salah satu  tempat dimana kita dapat menemukan mikroba patogen. Rumah sakit merupakan  depot bagi berbagai macam panyakit yang berasal dari penderita maupun dari  pengunjung yang bersifat karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang  di lingkungan rumah sakit seperti udara, lantai, makanan, benda-benda medis  ataupun non medis (Darmadi, 2008)
ü  Infeksi nosokomial menyangkut dua hal pokok, yaitu  penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit dan  adanya transmisi mikroba patogen ke penderita yang sedang dalam proses asuhan  keperawatan tersebut. Setiap penyakit memiliki masa inkubasi yang berbeda, oleh  karena itu perlu adanya penjabaran lebih spesifik mengenai manifestasi klinis.  Manifestasi klinis seperti telah disebutkan dapat muncul selama  pasien dalam  proses perawatan ataupun setelah selesai menjalani proses perawatan / setelah  pasien keluar dari rumah sakit.

KRITERIA INFEKSI NOSOKOMIAL (DARMADI, 2008 DAN UTAMA, 2006) :
  1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan  tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.
  2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam  masa inkubasi dari infeksi tersebut.
  3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah  3x24 jam sejak mulai perawatan. Secara umum, pasien yang masuk  rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi kurang dari 72 jam  menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum  pasien masuk rumah sakit (infeksi bukan berasal dari rumah sakit).
  4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa atau residual dari infeksi  sebelumnya.
  5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi,  dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah  sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokmial.
  6. Penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah  sakit dan kemudian menderita keracunan makanan dengan penyebab  bukan produk bakteri tidak termasuk infeksi nosokomial.
  7. Untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit dan kemudian  timbul tanda-tanda infeksi, dapat digolongkan sebagai  infeksi  nosokomial apabila infeksi tersebut dapat dibuktikan berasal dari  rumah sakit.
  8. Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta keluarga /  pengunjung tidak termasuk infeksi nosokomial.
  9. Mikroba patogen yang menimbulkan infeksi nosokomial akan masuk ke  penjamu melalui  port d’entrée dan setelah melewati masa inkubasi akan timbul  reaksi sistemik pada penderita berupa manifestasi klinik ataupun laboratorium. 
  10. Bakteremia merupakan respon sistemik penderita terhadap infeksi, di mana  mikroba atau toksinnya berada di dalam aliran darah dan menimbulkan reaksi  sistemik berupa reaksi inflamasi. Proses inflamasi dapat berlanjut hingga  menimbulkan sepsis.
 FAKTOR YANG MENIMBULKAN INFEKSI NOSOKOMIAL
1. Faktor-faktor yang ada pada diri penderita (faktor intrinsik) seperti  umur, jenis kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau  adanya penyakit lain yang menyertai penyakit dasar (multipatologi) beserta komplikasinya. Faktor-faktor ini merupakan presdiposisi.
2.  Faktor keperawatan seperti lamanya hari perawatan, menurunnya  standar pelayanan perawatan, serta padatnya penderita dalam satu  ruangan.
3. Faktor mikroba patogen seperti tingkat kemampuan invasi serta tingkat  kemampuan merusak jaringan, lamanya pemaparan antara sumber  penularan (reservoir) dengan penderita.  Berikut gambaran faktor-faktor yang berpengaruh pada terjadinya infeksi nosokomial.
  
TAHAPAN INFEKSI NOSOKOMIAL
1. Tahap pertama mikroba patogen  bergerak menuju ke penjamu / penderita dengan mekanisme penyebaran (mode of  transmission) terdiri dari penularan langsung dan tidak langsung (Darmadi, 2008).
ü  Penularan langsung : melalui  droplet nuclei yang berasal dari petugas,  keluarga / pengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain berupa darah  saat transfusi darah.
ü  Penularan tidak langsung :
ü  Vehicle-borne yaitu penyebaran / penularan mikroba  patogen melalui benda-benda mati seperti peralatan medis, bahan-bahan / material  medis, atau peralatan lainnya. Tindakan invasif seperti pemasangan kateter, vena  pungsi, tindakan pembedahan, proses dan tindakan medis lain berisiko untuk terjadinya infeksi nosokomial.
ü  Vector-borne yaitu penyebaran / penularan  mikroba patogen dengan perantara seperti serangga. Luka terbuka, jaringan  nekrosis, luka bakar, dan gangren adalah kasus-kasus yang rentan dihinggapi lalat.
ü  Food-borne yaitu penyebaran / penularan mikroba patogen melalui makanan dan  minuman yang disajikan  untuk penderita.
ü  Water-borne yaitu penyebaran /  penularan mikroba patogen melalui air, namun kemungkinannya kecil sekali  karena air di rumah sakit biasanya sudah melalui  uji baku.
ü  Air-borne yaitu  penyebaran / penularan mikroba patogen melalui udara, peluang terjadinya infeksi  melalui cara ini cukup tinggi karena ruangan / bangsal yang tertutup secara teknis  kurang baik ventilasi dan pencahayaannya.
2. Tahap kedua adalah upaya dari mikroba patogen untuk menginvasi ke jaringan  / organ penjamu (pasien) dengan cara mencari akses masuk (port d’entrée) seperti  adanya kerusakan / lesi kulit atau mukosa dari rongga hidung, mulut, orifisium  uretra, dan sebagainya.
3. Tahap ketiga adalah mikroba patogen berkembang biak (melakukan  multiplikasi) disertai dengan tindakan destruktif terhadap jaringan, walaupun ada  mengakibatkan perubahan morfologis dan gangguan fisiologis jaringan.

 ISTILAH
1. Infektivitas yaitu kemampuan mikroba patogen untuk menginvasi yang  merupakan langkah awal melakukan serangan ke penjamu melalui  akses masuk yang tepat dan selanjutnya mencari jaringan yang cocok  untuk melakukan multiplikasi.
2.  Virulensi yaitu langkah mikroba patogen untuk melakukan tindakan  desturktif terhadap jaringan dengan cara menggunakan enzim  perusaknya, sehingga menentukan luasnya kerusakan jaringan.
3.  Antigenisitas yaitu kemampuan mikroba patogen merangsang  timbulnya mekanisme pertahanan imun melalui terbentuknya antibodi.
4. Toksigenisitas yaitu kemampuan mikroba patogen dalam menghasilkan toksin yang sangat berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.
5. Patogenisitas yaitu gabungan dari sifat infektivitas, virulensi, antigenisitas serta toksigenitas mikroba patogen yang dinilai sebagai derajat keganasan mikroba patogen atau respon tubuh terhadap masuknya mikroba patogen.
6. Aseptik merupakan kondisi relatif aman dari mikroba patogen setelah  dilakukan eliminasi terhadap mikroba patogen baik yang ada di  jaringan hidup ataupun objek / benda mati.
7. Disinfeksi merupakan tindakan / upaya untuk mendestruksi atau  membunuh mikroba patogen (bentuk vegetatif bukan endospora  bakteri) dengan memanfaatkan bahan kimia, baik yang ada pada  jaringan hidup ataupun pada benda mati.
8. Antisepsis merupakan upaya membuat kondisi bebas mikroba pada  jaringan hidup dengan menggunakan bahan kimia (antiseptik) atau  membuat keadaan bebas mikroba patogen pada jaringan hidup dengan
9. Disinfektan merupakan bahan kimia untuk disinfeksi pada benda mati.
10.  Antiseptik merupakan bahan kimia untuk tujuan antisepsis.

KRITERIA DESINFEKTAN
1. Mempunyai spektrum luas.
2. Daya absorpsinya rendah pada karet, zat-zat sintetis, dan bahan lainnya.
3. Tidak korosif (bereaksi secara kimiawi terhadap alat-alat medis).
4. Toksisitasnya rendah pada petugas.
5. Baunya tidak merangsang.

FASE DESINFEKTAN
a.       Fase dekontaminasi yang bertujuan untuk menginaktivasi serta  mengurangi jumlah mikroba patogen yang ada serta agar peralatan  medis lebih aman saat ditangani oleh petugas pada fase berikutnya  (fase pembersihan). Secara teknis dikerjakan dengan merendam  peralatan medis dalam larutan klorin 0.3% selama 10 menit.
b.      Fase pembersihan yaitu fase pembebasan peralatan medis secara fisik  dari kotoran, darah, pus, potongan jaringan tubuh yang melekat pada peralatan medis, serta mikroba patogen yang tersisa dengan cara  menyikat / menggosok. Selanjutnya diikuti proses mencuci dengan  larutan sabun atau deterjen, membilas dengan air bersih, serta  mengeringkannya.
c.       Fase disinfeksi dengan disinfektan  yang digunakan diharapkan cukup efektif untuk membunuh mikroba patogen yang ada.

Tanda-tanda peradangan/infeksi
1.      Rubor (Merah)
2.      Calor (Panas)
3.      Tumor (Bengkak)
4.      Dolor (Nyeri)
5.      Fungsi laesa terganggu

EFEKTIVITAS DISINFEKTAN DITENTUKAN OLEH BEBERAPA FAKTOR, YAITU :
1. Faktor mikroba yang tergantung dari jenis mikroba patogen dan  jumlah mikroba patogen (bioburden). Beberapa jenis mikroba patogen  memiliki daya tahan yang lebih besar terhadap bahan disinfektan dari  pada mikroba patogen lainnya.
2. Faktor peralatan medis seperti perlakuan pada fase sebelumnya dimana  faktor pembersihan sangat penting dalam proses disinfeksi agar  berlangsung optimal. Beban kandungan materi organik pada peralatan  mempengaruhi beban kerja disinfektan karena ada materi organik yang   mengikat zat disinfektan. . Struktur fisik yang rata atau rumit  mempengaruhi kerja disinfektan. Larutan mineral yang menempel  pada peralatan medis ada yang dapat mengikat zat disinfektan seperti  kalsium dan magnesium.
3. Lamanya kontak antara zat disinfektan dengan mikroba patogen juga  mempengaruhi kerja disinfektan.
4. Tingkat keasaman dan kebasaan (pH) disinfektan mempengaruhi, ada  yang bekerja optimal pada suasana asam atau basa. Bahan kimia disinfektan sangat berpengaruh pada unsur protein mikroba  patogen. Hanya endospora yang mampu bertahan terhadap efek kimia disinfektan.  Beberapa disinfektan yang banyak digunakan antara lain alkohol, klorin dan  derivatnya, formaldehid, glutaraldehid, dan fenol (Pratiwi, 2008).

METODE STERILISASI
a.       Sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode tertentu yang mana dapat  memberikan hasil akhir yaitu suatu keadaan yang tidak dapat ditemukan lagi adanya mikroorganisme hidup.
b.      Kualitas hasil sterilisasi harus  terjaga mengingat risiko kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama saat  akan digunakan dalam tindakan medis.
c.       Metode kimiawi dan pemanfaatan  energi panas, namun kedua metode tersebut tidak dapat mengeliminasi endospora  bakteri.
d.      Untuk peralatan medis kritis diperlukan metode sterilisasi tingkat tinggi  dimana endospora bakteri juga tidak boleh ditemukan.
e.       Metode uap panas bertekanan tinggi,  metode panas kering, dan metode gas kimia (Darmadi, 2008).
f.       Kegiatan sterilisasi ini memiliki unit pelaksanaan tersendiri yaitu  Central Sterile Supply Department (CSSD) atau Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS)  (Nasra, 2007).

MENCUCI TANGAN


Mencuci tangan 

Pengertian
• Mencuci tangan hingga siku dengan menggunakan air mengalir dan sabun

Tujuan
• Untuk menghilangkan mikroorganisme yg didapat dari pasien pengunjung atau petugas/tenaga kesehatan

Perawat mencuci tangan bila :
• Sebelum dan sesudah berhubungan dgn pasien
• Setelah kontak dgn segala benda-banda yg terkontaminasi seperti bedpan
• Sebelum dan sesudah memberikan asuhan keperawatan
• Sebelum istirahat, minum dan makan
• Sebelum menyiapkan dan memberi obat
• Sebelum bersentuhan dengan alat-alat steril seperti alat-alat suntik

Pasien mencuci tangan bila :
• Sebelum makan
• Setelah buang air kecil dan besar
• Setelah tangan berhubungan dengan bagian yg infeksi seperti sputum dan cairan luka

Tenaga kesehatan mencuci tangan bila :
• Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
• Setelah menyentuh alat-alat yg digunakan pasien
• Sebelum menggunakan benda-benda steril, misalnya alat-alat intravena

Pengunjung mencuci tangan bila :
• Setelah menyentuh pasien infeksi
• Setelah menyentuh alat-alat atau barang-barang yg terontaminasi
• Sebelum memberi makan pasien (jika diperlukan)

Alat-alat :
• Sabun
• Air mengalir
• Handuk

Cara kerja
No. Cara kerja Rasional
1. Kuku harus pendek Kecil kemungkinan mikroorganisme berada pada kuku yg pendek. Dan mencegah terjadi perlukaan pd kulit pasien
2 Lepaskan perhiasaan, kecuali cincin kawin Mikroorganisme dpt tinggal pd perhiasan, mencuci tangan tanpa perhiasan hasilnya lebih baik.
3 Periksa tangan apakah ada perlukaan, pakai pelembab untuk mencegah kulit luka dan kering
4 Berdiri menghadap sink (wastafel) jangan menempel pada wastafel. Tekukkan lutut jika wastafel rendah Mikroorganisme berkembang biak pd keadaan lembab. Dampness dpt menyebabkan kontaminasi pd pasien.
5 Buka kran air, ada 4 tipe :
• Kran air yg dibuka dgn menggunakan tangan. Gunakan tissue/kertas untuk membukanya
• Kran air dibuka dgn menggunakan lutut
• Kran air dibuka dgn menggunakan kaki
• Kran air dibuka dgn menggunakan siku. Jenis digunakan pd prosedur pembedahan Tissue kertas mencegah kontaminasi
6 Basahkan tangan dgn meletakkan tangan dibawah air kran taruhlah tangan sedemikian rupa sehingga siku lebih tinggi dari ujung-ujung jari. Air dialirkan dari area yg kurang kontaminasi
7 Sabuni tangan menggunakan sabun cair pakai sebanyak 2 -1 sendok tehjika menggunakan sabun gosokkan pd tangan dan cuci sabun itu sebelum diletakkan pd tempat sabun Untuk menghilangkan mikroorganisme
8 Gogsok-gosok tangan secara melingkar, jari-jari punggung tangan dan pergelangan tangan. Gosok sela-sela jari, ulangi beberapa kali untuk waktu ± 20-25 detik Gerakan melingkar akan memudahkan mikroorganisme lepas
9 Lalu cuci tangan selama 1 menit
10 Keringkan tangan dgn menggunakan handuk kering/steril mulai dr ujung s/d siku Perawat mengeringkan tangan dr bagian yg terbersih kebagian yg bersih.
11 Tutup keran, gunakan kertas tissue untuk menutup keran yg dibuka dgn tangan
12 Beri lotion jika tangan kelihatan kering


Cuci tangan pada aseptik bedah
Cuci tangan pada aseptik bedah berbeda dgn cuci tangan aseptik medikal, dimana tangan lebih tinggi dari siku. Dalam hal ini siku dianggap lebih terkontaminasi dari tangan. Pengertian dan tujuan sama dgn pengertian dan tujuan cuci tangan medikal.

Alat-alat :
1. Sabun untuk membunuh kuman
2. Tempat cuci tangan yg menggunakan kaki, lutut, atau siku
3. handuk untuk mengeringkan tangan
4. alat untuk menggosok kuku

Cara kerja :
No. Cara kerja Rasional
1 Buka kran
2 Basahkan tangan sampai siku dibawah air mengalir posisi tangan lebih tinggi dari siku, sehingga air mengalir dari arah jari-jari ke siku Bag. Tangan yg jadi lebih bersih dari siku. Jadi air harus mengalir dari area yg lebih bersih ke area yg kurang bersih
3 Ambil 2-4 cc sabun cair
4 Gosok-gosok tangan dgn gerakan melingkar untuk mencuci bag tangan, punggung tangan, pergelangan tangan dan lengan bawah. Gosok juga sela-sela jari, ulangi antara 20-25 detik.
5 Cuci tangan dibawah air mengalir dan pertahankan posisi lebih tinggi dr siku Sabun yg tertinggal pd tangan dpt menyebabkan iritasi. Perawat mencuci tangan dr bag yg lebih bersih ke yg kurang bersih.
6 Amati kuku-kuku tangan, bersihkan dgn pembersih kuku. Kuku dibersihkan untuk mencegah perpindahan sedimen dr kuku kebagian lain.
7 Ulangi langkah 3 s/d 5
8 Gunakan handuk utk mengeringkan tangan mulai dr jari-jari ke siku, lakukan gerakan melingkar. Gunakan handuk kering dan bersih untuk mengeringkan tangan. Tangan lembab akan memudahkan iritasi dan masuk kuman, disamping itu tangan yg kering akan memudahkan pemasangan sarung tangan.
9 Taruh handuk bekas pakai pada tempat yg telah disediakan
10 Tutup keran. Tangan tidak boleh menyentuh keran jadi gunakan kertas atau tissue
11 Pertahankan posisi yangan dibagian depan dgn jari-jari dibagian atas Posisi ini akan mempertahankan sterilan dan mencegah kontaminasi.

Memasang Sarung Tangan Tidak Steril
Pengertian
Memasang sarung tangan tanpa memperhatikan sterilitas

Tujuan :
• sarung tangan tidak steril
• tempat barang-barang kotor

Hal-Hal Yg Perlu Diperhatikan
1. Pemakaian sarung tangan bukan berarti pengganti cuci tangan
2. sarung tangan tidak steril digunakan jika ada kemungkinan transmisi infeksi
 kontak langsung dgn pasien§
 kontak tidak langsung misalnya dgn alat-alat terkontaminasi dan atau dgn cairan tubuh§
3. Sarung tangan steril pd prosedur yg memerlukan teknik steril. Sarung tangan steril dipasang setelah memakai gaun dan masker steril (jika benda-benda ini diperlukan)
4. Sarung tangan hanya digunakan satu kali pakai

Tindakan
1. cuci tangan dan keringkan
2. ambil sarung tangan satu persatu dari tempatnya dengan memegang pinggir pergelangan tangannya.
3. pasang sarung tangan satu persatu
4. pemasangan sarung tangan harus menutupi pergelangan tangan
5. melepaskan sarung tangan adl dgn cara memegang bag luarnya dan tarik
6. sarung tangan yg kedua adl dgn memegang bag dlm sarung tangan
7. buang sarung tangan pada tempat yg telah disediakan
8. cuci tangan

Opening Sterille Wrapped Package
(membuka bungkusan steril)
 Pengertian
Membuka bungkusan steril yg berisi alat-alat steril, dapat berupa alat-alat untuk ganti balutan, atau bak kateter yg dibungkus dgn menggunakan kertas atau kain yg telah disterilkan.

Cara kerja :
1. Letakkan pd tempat yg bersih, kering dan buka bungkusan sedemikian rupa sehingga alat-alat dan pembungkus bag. Dalamnya dpt dipertahankan kesterilannya.
2. Pegang bag. Luar bungkusan dgn satu tangan dan buka bungkusnya dgn tangan yg satu lagi


Menggunakan Forceps Steril (Handling Sterile Forceps)
Pengertian
Ada beberapa model forceps yg digunakan untuk memegang alat-alat steril yg sering digunakan oleh perawat ;
1. Hemostat atau forceps ateri, ujungnya lurus atau bengkok
2. Forceps tissue atau thum dgn atau tana gigi
3. Forceps sponge atau handling

Tujuan
Forceps digunakan untuk memindahkan barang-barang steril dari satu tempat ke tempat yg lain, misalnya memindahkan kasa dari tromol ke dalam set ganti balutan

Cara kerja :
1. Forceps steril selalu digunakan diatas dan didepan pinggang
Rasional : mencegah kontaminasi diluar lapangan pandang perawat .
2. Ujung forceps merupakan bag yg steril dan perlu dipertahankan dgn posisi menghadap kebawah terutama kalau basah
Rasional : jika ujung forceps ditempatkan dgn posisi keatas, maka cairan akan mengalir dr bag yg steril kebag yg tdk steril, shg terjadi kontaminasi, apabila cairan tersebut mengalir keujung forceps cairan yg sudah terkontaminasi tersebut akan mengkontaminasikan bag yg steril.
Bag forceps yg dipegang diuperlakukan sbg bag yg kontaminasi, kecuali dipegang dgn menggunakan sarung tangan.
3. Ujung forceps yg basah tidak boleh menyentuh area yg steril benda-benda yg steril dijatuhkan pelan-pelan pada area yg steril

GAMPANG PINGSAN BUKAN BERARTI LEMAH JANTUNG




GAMPANG PINGSAN BUKAN BERARTI LEMAH JANTUNG

Sangat mungkin Anda sering menjumpai orang di sekeliling entah itu keluarga, teman, kerabat, atau bahkan Anda sendiri mudah sekali pingsan. Beraktifitas sedikit saja, atau terlalu kecapaian kemudian jatuh pingsan.
Lebih parahnya lagi ada klaim bahwa orang yang mudah jatuh pingsan sangat berkaitan dengan lemah jantung. Padahal lemah-tidaknya jantung seseorang tidak hanya disebabkan oleh faktor jantung kita kurang beres, melainkan bisa juga disebabkan oleh faktor dari luar.
Intinya, seringnya seseorang terjatuh pingsan tidak bisa langsung diidentikkan dengan lemah jantung. Menurut para ahli, sebagian besar orang yang mengalami pingsan yang disebabkan bukan karena lemahnya jantung orang tersebut, disebabkan oleh hipersensitifitas vagus.
Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan refleks saraf hormon ketika bereaksi dalam posisi berdiri yang berkepanjangan. Vagus sendiri merupakan saraf otak yang sangat berpengaruh terhadap frekuensi detak jantung manusia.
Pada orang yang sensitif bahkan hipersensitif, keadaan dimana kekuatan konstraksi yang semakin bertambah justru akan mengaktifkan reseptor mekanik pada dinding bilik jantung kiri sehingga timbul apa yang disebut dengan reflex Bezold-Jarisch.
Apa yang terjadi kemudian? Frekuensi detak jantung akan menjadi lambat, pembuluh darah tepi melebar, dan kemudian terjadi tekanan darah rendah sehingga aliran darah ke susunan saraf menjadi terganggu. Disinilah sinkop yang merupakan salah satu pencerminan hipersensitivitas vagus terjadi.
Hindari Penggunaan Baju Ketat
Sebagaimana disebutkan di atas, sering jatuh pingsannya seseorang bukan semata disebabkan oleh lemahnya jantung, namun bisa juga terjadi karena faktor luar. Dalam konteks hipersensitiftas vagus bisa juga terjadi berupa sinkop sinus karotis, yakni jatuh pingsan yang terjadi saat menoleh mendadak.
Mengapa hal tesebut bisa terjadi? Kondisi menoleh mendadak bisa jadi merupakan gangguan ketika Anda menggunakan kerah yang ketat dan terlalu tinggi. Pemakaian kerah yang ketat akan menyebabkan penekanan pada sinus karotis yang berada di leher agak depan. Lebih parahnya lagi, kondisi demikian bisa menyebabkan detak jantung menjadi lambat dan menimbulkan sinkop.
Jika dilakukan tes pemeriksaan yang disebut elektro-fisiologi pada penderita, maka umumya terlihat fungsi listrik jantung bekerja pada batas normal. Apabila ada manipulasi ringan berupa penekanan leher di daerah sinus karotis tadi akan tampak berupa garis datar pada layar monitor.
Untuk mencegah melambatnya detak jantung dan sinkop maka usahakan supaya Anda tidak menggunakan pakaian yang memiliki kerah ketat dan terlalu tinggi. Selain itu, usahakan juga untuk tidak memijat bagian leher yang bisa menyebabkan tekanan pada sinus karotis.
Selain pencerminan hipersensitifitas vagus diatas, bisa juga terjadi apa yang dinamakan denganparoxysmal sinus arrest. Dalam konteks ini, bisa saja terjadi sumber listrik utama jantung mengalami penghentian dalam waktu antara 6-23 detik sekalipun tanpa adanya faktor penyebab yang melatarbelakanginya.
Paroxysmal sinus arrest bisa terjadi kapan saja dan kepada siapa saja, entah sedang berkegiatan atau sedang beristirahat, siang ataupun malam. Dalam hal ini ketika diadakan pemeriksaan elektrofisiologis maka keadaan di layar monitor akan tampak normal. Pada umumnya, pengobatan akan diarahkan pada penggunaan alat pacu jantung secara permanen yang ditanamkan dibawah kulit dada penderita.
Untuk mencegah sinkop yang disebabkan bukan oleh kelainan jantung, maka bisa disiasati dengan banyak melakukan olahraga secara regular seperti bersepeda, jogging, berenang, dan lainnya. Namun demikian, jika sinkop disebabkan oleh adanya kelainan jantung yang diderita seseorang maka dianjurkan untuk sesegera mungkin berkonsultasi ke dokter jantung untuk mendapatkan tindakan yang tepat dan menghindari resiko yang lebih parah.
Patut Anda ingat bahwa penyakit yang dideteksi diawal akan relatif lebih mudah untuk disembuhkan dibandingkan dengan penyakit yang sudah bersemayam lama. Jaga baik-baik kondisi tubuh Anda, luar ataupun dalam.

Newer Posts Older Posts